Unsyiah (Sang Jantung Hati Rakyat Aceh) Bangkit, Tak Lagi Sakit



Tahukah kamu apa yang paling menyedihkan dari seorang pesakitan? Hampanya harapan. Itulah sebentuk cerminan Unsyiah kala dulu. Universitas yang kini dielu-elukan itu pernah meradang, parah. Dia pernah hidup terkatung-katung di antara guyonan server KRS online yang kerap down hingga vitamin C yang terkandung pada akreditasi yang tak kunjung beranjak. Unsyiah pernah menjadi korban bullying media yang kerap dikaitkan dengan rendahnya kapasitas pendidikan di Aceh, walaupun tak tersedia data nyata, beberapa waktu lamanya. Bahkan Unsyiah, sang jantung hati rakyat Aceh itu, pernah hampir retak, nyaris berhenti berdetak hanya karena dianggap mendukung sebuah aliran sesat berasaskan nama serupa yang bahkan tak sama.
Bila diumpamakan manusia, kisah Universitas Syiah Kuala atau lebih akrab dengan sapaan Unsyiah tersebut tak ayal layaknya kisah hidup JK Rowling yang karyanya pernah ditolak puluhan kali namun kini novel karangannya, Harry Potter, membahana sehingga menjadikannya salah satu wanita terkaya di dunia. Tak berbeda juga dengan kisah legendaris Walt Disney, sang Bapak animasi, yang kehilangan pekerjaannya yang pada akhirnya justru berhasil menciptakan taman bermain Disneyland, surga mimpi dan imaginasi, yang digemari oleh seluruh manusia di penjuru bumi. Unsyiah bisa dikatakan memulai kisah suksesnya selayaknya kisah orang-orang hebat yang minim harap tersebut.

Bagi seorang alumni seperti saya, yang pernah hidup di antara zaman kecemasan dan keemasan Unsyiah, menolak untuk mengisahkan tentang hidupnya (Unsyiah) menjadi sedikit sulit, karena begitu menarik. Saya mengasumsikan seperti ini, untuk memulai masa keemasannya, Rektor dan para pejabat teras Unsyiah boleh jadi mengaplikasikan teori sederhana semacam ini: “Buang saja huruf C pada masa KECEMASAN agar kelak masa KEEMASAN mampu bangkit kembali.” Bukankah itu filosofi yang jenius? Benar, saya setuju. Maka tak heran jika gembar-gembor gelora pergerakan peningkatan akreditasi yang dipenuhi vitamin C fenomenal itu terasa menggebu-gebu.

Terdapat minimal 5 perubahan drastis kasatmata yang dilakukan Unsyiah dalam rangka meninggalkan masa kecemasannya;

1. Taman yang bukan belantara

Kampus hijau merupakan kampus idaman. Namun kampus hijau yang didambakan bukanlah kampus dengan rerumputan panjang, pepohonan besar nan seram, serta lapangan yang dihiasi duri dan semak belukar. Kampus hijau adalah kampus yang mampu menjadikan rindang alamnya bagi civitas academica untuk berteduh, berkumpul dan bercengkrama, belajar dengan nyaman atau sekedar membaca dengan tenang tanpa terganggu sengatan panas sang surya. Perubahan alam belantara Unsyiah menjadi taman yang nyaman merupakan revolusi yang cukup keren dan efisien. Bangku dan meja taman melingkar yang dibangun di bawah pepohonan rindang antara RKU-RKU Unsyiah kini menjadi salah satu tempat favorit mahasiswa untuk menghabiskan masa. Namun jangan tanya rupanya yang dahulu, karena ia lebih mirip lapangan setapak yang hanya dilalui sesaat tanpa ada yang rela menetap.

2. Misteri labirin RKU tak lagi teka-teki
 
Terdapat sekilas kisah konyol dan lucu dari para mahasiswa Universitas Syiah Kuala terdahulu tentang RKU. Kisahnya begini, dahulu kala RKU atau Ruang Kuliah Umum yang terdiri dari 4 gedung megah nan tua yang berisikan kelas-kelas luas bak aula ini kerap menjadi mimpi buruk bagi mahasiswa. Pasalnya, ruangan-ruangan di dalam RKU ini ditandai dengan angka-angka membingungkan layaknya membaca alamat IP di dalam komputer, RKU 13.02.010 misalnya. Untuk menghafal rute nama RKU saja, para mahasiswa kerap kelabakan. Katakanlah ketika para mahasiswa diminta untuk berkumpul di RKU 12.01.003 (dibaca: RKU 2 lantai 1 ruang 3), masih ada mahasiswa yang tersasar menunggu di RKU 1 atau RKU 3. Belum lagi proses mencari ruang kelasnya, ada saja mahasiswa yang tersesat entah di kelas yang mana dan di lantai berapa walau sudah berada di RKU yang sama. Jadi, jika mahasiswa salah masuk ruangan dan tiba-tiba mundur sambil cengar-cengir keluar atau mahasiswa yang mengendap-endap kabur di tengah perkuliahan karena baru tersadar bahwa dirinya tersasar bukanlah hal aneh kala itu.



Namun misteri labirin RKU kini tak lagi menjadi teka-teki. RKU-RKU tua itu kini telah dicat ulang dengan indah dan telah dimahkotakan dengan nama-namanya yang megah, bahkan dari berbagai sisi. Kini untuk mengabari posisimu, cukup berkata dengan jelas "Aku di  RKU 13.01.003", maka temanmu dapat melihat petunjuk yang tertera dan akan menemukanmu dengan mudahnya. Bukan seperti kami dahulu, harus berujar dan memprosakan panjang lebar untuk mengabari kawan-kawan, "Aku berada di RKU 2 ya, RKU yang posisinya berada di samping RKU 1 yang persis di belakang gedung rektorat itu, yang terdapat kantin di dalamnya. Ingat, RKU 2 terletak di samping RKU 1 bukan yang di belakangnya ya, karena itu namanya RKU 3". Untuk memberitahu ruang? Yah, banyangkan saja sendiri. 

3. Perpustakaan tak horor lagi, pengunjung kini jatuh hati


Jika sebelumnya saya berujar kisah lucu, kini marilah kita memasuki gerbang horor pengalaman yang berubah haru. Mari bersama-sama kita sambut perpustakaan, Prof. Dr. H. Abdullah Ali, M.Sc., Universitas Syiah Kuala. Perpustakaan Unsyiah kini tidak hanya bergaung karena standar internasional yang disandangnya (ISO 9001:2008) namun juga karena rasa nyaman yang ditimbulkan kala berada di sana. 

Di antara semua kisah selama perkuliahan dulu, kenangan akan perpustakaan Unsyiah tersimpan dalam kotak kenangan suram, terutama di awal-awal perkuliahan. Masih terkenang jelas dalam ingatan sebelum perpustakaan ini berubah total, saya hanya mengunjunginya sebanyak 3 kali. Pertama, saat kunjungan wajib pengenalan perpustakaan bagi mahasiswa baru, itu pun karena ancaman tidak mendapatkan kartu mahasiswa bagi mereka yang tidak ikut serta. Kedua, dikarenakan tugas yang diberikan dosen dan mewajibkan kami untuk absen di sana. Ketiga, ketika mengurus surat izin bebas  pustaka, saat itulah saya sadar bahwa perpustakaan sudah berubah total, alhasil saya merasa menyesal karena mengurus surat bebas pustaka terlalu awal.

Malasnya mahasiswa zaman saya dulu mengunjungi perpustakaan bukan tanpa alasan. Kurangnya koleksi buku dan referensi, buruknya pencahayaan dan tata ruang serta antrean panjang pada saat peminjaman dan pengembalian buku merupakan 3 alasan logis para mahasiswa untuk enggan mengunjungi perpustakaan kala itu. Belum lagi alasan psikologis berupa sambutan horor nan tak ramah dari para petugas perpustakaannya. Meskipun tak semua, namun satu atau dua petugas saja sudah cukup membuat trauma dan jera.
  
Namun, syukur alhamdulillah, kondisi perpustakaan Unsyiah kini telah berubah 180 derajat. Jika dulunya para mahasiswa dipaksa untuk masuk, kini bisa dikatakan bahwa bila para mahasiswa diusir keluar dari perpustakaan pun rasanya mereka enggan. Kondisi kondusif perpustakaan Unsyiah kini sempat membuat saya merasa takjub dan haru. Wajah baru perpustakaan kampus saat ini sungguh menambah aura positif bagi Universitas Syiah Kuala. Layaknya pendapat Siregar (2004:1) bahwa perpustakaan perguruan tinggi merupakan bagian yang sangat penting dari suatu perguruan tinggi, nilai suatu universitas bergantung pada perpustakaannya. 


4. WC Mesjid kini tak perlu antre
 
Terdapat keunikan yang sama diantara do'a setelah melaksanakan aktifitas tidur, makan dan buang air, yakni kita sama-sama mengucapkan kata Hamdalah (Alhamdulillah) di awal do'anya. Mengapa kita harus mengucapkan syukur untuk ketiga aktifitas sederhana ini? Pasalnya jika salah satu dari aktifitas ini terganggu atau tidak terpenuhi dengan baik, maka seluruh aktifitas kompleks lainnya akan sangat bermasalah. Misalkan saya mengambil contoh mengenai masalah fasilitas untuk BAK (Buang Air Kecil) dan BAB (Buang Air Besar) di Universitas Syiah Kuala sebelumnya yang dianggap kurang layak. Di awal masa perkuliahan saya dulu, mahasiswa sangat rajin mengunjungi mesjid dan mushala di sekitar kampus. Bukan hanya di waktu-waktu salat wajib saja, namun lebih dari itu. Memang benar jika sebahagian dari mereka singgah untuk salat dan beribadah namun sebahagian besarnya hanya datang untuk menumpang BAK dan BAB semata. Semoga saja masyarakat tidak terkecoh dengan kedok kealiman mahasiswa yang dikira memakmurkan mesjid di zaman saya dulu. Baiklah, mari sama-sama kita beristighfar untuk kenangan konyol semacam itu.    

Beruntung kini, setelah mengobservasi, saya menemukan bahwa fasilitas kamar mandi atau yang lebih dikenal dengan istilah WC (water closet) di Unsyiah semakin membaik. Mahasiswa dapat dengan mudah menggunakan fasilitas tersebut di sekitar kampus, baik di perpustakaan, mushala-mushala di fakultas dan bahkan di RKU. Sesungguhnya, fungsi universitas tidak hanya sekedar mencerdaskan pemikiran namun juga menyeimbangkan kebutuhan jiwa dan raga, selayaknya sebuah ungkapan seorang pujangga asal Romawi (Decimus lunius Juvensalis), mens sana in corpore sano bahwa di dalam tubuh yang kuat akan terdapat jiwa yang sehat.

5. Lingkup prestasi mahasiswa dan alumni semakin bervariasi dan bergengsi 
 Sumber foto: The-Leader

Selain kelengkapan fasilitas, pengaplikasian ilmu dan pesatnya perkembangan prestasi mahasiswa di berbagai ranah serta besarnya peran alumni dari berbagai lini menjadikan Unsyiah semakin elok di pandang mata. Hastag #banggamenjadiunsyiah sempat meriuhkan jagat maya. Bukankah itu cinta namanya, sehingga Unsyiah bisa sejauh ini? Kini saatnya Universitas Syiah Kuala bangkit untuk membuktikan diri. Semoga pada umurnya yang ke-55 tahun ini, Unsyiah jantung hati rakyat Aceh tak lagi hadir sebagai menara gading namun menjadi salah satu inti pemompa semangat thalabil 'ilmi (menuntut ilmu) bagi masyarakat Aceh, rakyat Indonesia bahkan warga dunia.

Referensi
http://unsyiah.ac.id/berita/dista-mahasiswa-unsyiah-wakili-aceh-di-ajang-hilo-green-leader-2015
http://news.okezone.com/read/2015/07/13/65/1180805/raih-sertifikat-iso-perpustakaan-unsyiah-kini-bertaraf-internasional
http://www.unsyiah.ac.id/berita/lomba-blog-unsyiah-diperpanjang-hingga-31-juli
www.luckty.wordpress.com/2016/03/14/lomba-blogger-ulf-2016-perpustakaan-unsyiah-yang-menginspirasi/
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/49705/4/Chapter%20II.pdf
http://bbc.com/news/in-pictures-36192874http://the-leader.org
 

Update Pengumuman Lomba Blog 55 Tahun Milad Unsyiah | 15 Agustus 2016

Subscribe to receive free email updates:

3 Responses to "Unsyiah (Sang Jantung Hati Rakyat Aceh) Bangkit, Tak Lagi Sakit"

  1. Ulasannya nyata dan menarik serta runyah. Sangat wajar terpiluh sebagai pemenang lomba blog Humas Unsyiah.

    Namun sayangnya, tidk ada foto Aula didalam postingan ini. Hehehhee..

    Selamat kakak

    BalasHapus
  2. mantap bget,, teruss berkarya,...

    BalasHapus
  3. Thanks for ones marvelous posting! I truly enjoyed reading it, you could be a great author.
    I will make certain to bookmark your blog and will come back in the future.
    I want to encourage continue your great work, have a nice afternoon!

    BalasHapus

Terima kasih atas kunjungan dan komentarnya!
Besok-besok mampir lagi ya!


(Komentar Anda akan dikurasi terlebih dahulu oleh admin)